Cemara Membara
Bikin puisi gaje lagi ah... Mumpung lagi gabut. Walopun puisi gue jauh dari kategori puitis dan menerobos batas kewajaran, gue masih yakin kalo puisi gue ini bisa dinikmati oleh kalian...
CEMARA MEMBARA
by: izthy kiyen
Putung rokok yang tebarkan ribuan ragu
di tengah serakan tinja
menghitam, legam
sehitam jejak-jejak si cemara
pak polisi hanya bisa mengupil manja
meratapi kasus yang sia-sia
gelisah menjatuhkan vonis
antara kapak berkarat dan pemantik sekarat
ketombenya riang berguguran
di tengah garukan berirama bimbang
kumisnya menari liar seiring decak
nafasnya mendengus mengendus bau hangus
lalu sang bocah terbata-bata
menyusun kata yang dituntut media
apa yg dia rekam dengan mata
semalam ketika tak mampu ditahan pipisnya
warna merah yang menyala-nyala
entah dari kobaran atau sapaan fajar
asap yang membubung tinggi
entah dari sulutan atau kabut pagi
si bocah dengan ingus dan air mata
apa yang salah dengan waktu kencingnya
tersudut menjadi saksi mata
ingatannya tak sanggup ia percaya
sang polisi yang gelisah mengejar waktu ngopinya
si anak yang tertunda main layangannya
media yang gencar menuntut cerita
tak ada yg peduli pada nasib si cemara
kubilang, biarkan saja ia tumbang
mari kita kuburkan jenazahnya
lalu larut dalam rasa bersalah kita
kukatakan,
semua terjadi karena salahnya
si cemara hanya berdiri di sana
tanpa memperjuangkan dirinya
lantas mengapa kita yang bersalah
karena membiarkannya
sang cemara mungkin berkobar rasa dendamnya
namun sudah percuma
dia mati pada akhirnya...
----------FIN----------
di tengah serakan tinja
menghitam, legam
sehitam jejak-jejak si cemara
pak polisi hanya bisa mengupil manja
meratapi kasus yang sia-sia
gelisah menjatuhkan vonis
antara kapak berkarat dan pemantik sekarat
ketombenya riang berguguran
di tengah garukan berirama bimbang
kumisnya menari liar seiring decak
nafasnya mendengus mengendus bau hangus
lalu sang bocah terbata-bata
menyusun kata yang dituntut media
apa yg dia rekam dengan mata
semalam ketika tak mampu ditahan pipisnya
warna merah yang menyala-nyala
entah dari kobaran atau sapaan fajar
asap yang membubung tinggi
entah dari sulutan atau kabut pagi
si bocah dengan ingus dan air mata
apa yang salah dengan waktu kencingnya
tersudut menjadi saksi mata
ingatannya tak sanggup ia percaya
sang polisi yang gelisah mengejar waktu ngopinya
si anak yang tertunda main layangannya
media yang gencar menuntut cerita
tak ada yg peduli pada nasib si cemara
kubilang, biarkan saja ia tumbang
mari kita kuburkan jenazahnya
lalu larut dalam rasa bersalah kita
kukatakan,
semua terjadi karena salahnya
si cemara hanya berdiri di sana
tanpa memperjuangkan dirinya
lantas mengapa kita yang bersalah
karena membiarkannya
sang cemara mungkin berkobar rasa dendamnya
namun sudah percuma
dia mati pada akhirnya...
----------FIN----------
Ini bukan puisi tentang kebakaran hutan,
Bukan juga tentang wanita yg teraniaya dan mati sia-sia tanpa mendapatkan keadilannya. Ini juga bukan tentang politik indonesia. Pokonya ini cuma puisi gaje semata...
Regards, orang keren se galaksi bimasakti
(maaf, tidak melewatkan kesempatan narsis)
Regards, orang keren se galaksi bimasakti
(maaf, tidak melewatkan kesempatan narsis)