Terror Mati Lampu

Gue berdoa dulu semoga nggak mati lampu pas gue lagi sementara ngetik ini. Secara netbook gue sudah kehilangan batreinya sejak ia masih kecil dulu dan berhubung kebutuhan yang mendesak di sana sini, gue jadi terus-terusan mengesampingkan perihal dana yang harus gue alokasikan untuk pembelian batrei baru netbook ini... Ditambah lagi gue nggak punya apa itu namanya barang yg bisa bikin alat elektronik punya perpanjangan waktu tambahan pas mati lampu... (setelah googling, ternyata namanya stavolt)

Jadinya tiap mati lampu dadakan (ditambah lagi pas gue lagi asik bercinta dengan netbook gw) bakal jadi momen yang paling bisa bikin gue jadi orang yang expert dalam mengeluarkan kata-kata makian dalam 4 bahasa (indonesia, inggris, jawa, maumere) belum lagi kalau mati lampunya tergolong lama dan tanpa pemberitahuan sebelumnya... Yang ada momen caci maki 4 bahasa itu akan terulang setiap 5 menit sekali.

 Kalau situasinya lebih parah lagi, yaitu kondisi di mana sudah ada pengumuman pemberitahuan pemadaman lampu tapi guenya lupa dan ga ada persiapan sama sekali a.k.a batre henpon ga di charge, lampu emergency ga di charge, kipas tangan dan senter tidak terserdia pada tempatnya dan lebih parah lagi pada detik2 pemadaman lampu gw malah asik mojok sama netbook gw dengan begonya. 
Dalam kondisi terkutuk seperti itu maka reaksi gue menjadi ekstrim... Karena momen maki-maki 4 bahasa tadi bakalan terus terulang setiap 5 menit sekali diselingin dengan tangisan dan mengutuk diri sendiri sampai ke 5 menit berikutnya. 

Tentu saja hobi unik gw pas lagi mati lampu ini bukanlah perbuatan yg terpuji. Karena ujung2nya bikin orang rumah pada ikut stres dan sebal sama kelakuan gue yang katanya "nggak bisa terima kenyataan" 
oh peuh-lisss... Kalo ababil yang putus cinta bikin gerakan aksi galau sedunia, pasang foto lengan yg disilet2 dan sampe-sampe nabrakin diri ke sepeda roda tiga yg sedang berjalan dianggap wajar, masa reaksi gue terhadap mati lampu yg menurut gue masih tergolong "memelihara kedamaian lingkungan setempat" harus dihujat sama keluarga gue sih? Oh no bingit... 

Makanya nenek gw sebagai orang rumah satu-satunya yang paling ga tahan kalo gue mulai nyerocos dan nangis-nangis ga jelas itu menyarankan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat kalo lagi mati lampu biar gue nggak depresi. Menurut beliau. Jaman dulu waktu beliau masih kecil belum ada listrik yg masuk ke desanya. Jadi kondisi gelap gulita di tengah malam itu udah biasa bagi dia. Biasanya dia bakal nyanyi-nyanyi atau nulis-nulis puisi atau duduk-duduk merasakan semilir angin sambil menghitung bintang-bintang. 
Sumpah, kalo gue kaga kenal nenek gue, gue bakal ngira dia ini sosok cewek yg romantis banget. Untungnya gue kenal... 

Lagipula nggak ada 1 pun kegiatan-kegiatan yang dia lakukan itu bisa gue nikmati juga dengan sepenuh hati. Masalahnya dia sama gue adalah 2 makhluk yang berbeda mulai dari generasi, pola pikir dan isi otaknya. Kalo nenek gue bisa menikmati kegiatan-kegiatan itu, gue malah bisa mati bosan kalau tiap mati lampu gue cuma bengong-bengong liat bintang sambil ngerasain semilir angin sambil gue ngarang puisi trus gue nyanyiin dengan suara gue yang kalau dikelola dengan benar oleh tentara nazi, bakal bisa jadi senjata yang lebih mematikan daripada bom nuklir. 

Ditambah lagi, nenek gue enggak punya imajinasi yang fleksibel seperti gue. Menurut beliau angin ya angin, bintang ya bintang, lagu ya lagu, puisi ya puisi. Mana pernah dia berpikir seperti gue bahwa semilir angin bisa aja pertanda kehadiran makhluk kosmos tak kasat mata yang sering jadi pemeran utama film-film bertema mistis. Bintang bukan sekedar titik di langit, sapa tau itu meteor yang mau nabrak bumi atau sekumpulan ufo yang lagi menyorot bumi dengan sinar laser penghancurnya. 

Lagu, pernah ga dia terpikir bahwa senandungnya bisa aja merupakan mantra yang bisa memanggil iblis dan puisi-puisinya adalah susunan kata-kata bermuatan pesan-pesan sublimial yang kalau diterjemahkan bisa berupa pengungkapan rahasia dunia yang belum terungkap. Dan kalau dikolaborasikan dengan sifat pengecut gue, udah pasti bikin gue ga bisa menikmati kegiatan-kegiatan yang pada gue dampakanya bakal lebih merusak isi otak daripada efek yang diharapkan oleh nenek gue itu. 

Nah, jangan nyalahin gue kalau imajinasi gue sebegitu aduhainya hingga enggak fit sama nenek gue. Karena seperti yang gue bilang, kami juga beda generasi, jaman nenek gue dulu dia belum punya tv, buku cerita, internet, dan dia belum tau yang namanya illuminati maupun illucinati bahkan alluminium aja beliau ga tau. Taunya cuman "seng" ato "besi" mana dia tau bedanya alluminium sama titanium ato bahasa gaul ababil yg lagi pacaran, "tium-tium" akakakaka... 

Dari situlah kenapa gue nggak pernah bisa mengakrabkan diri gue sama fenomena mati lampu ini. kalo dulu waktu kecil tiap mati lampu gue teriak-teriak ketakutan, sekarang tiap mati lampu gue teriak ngamuk-ngamuk ga karuan. Semoga aja di masa mendatang ritual mati lampu gue nggak berevolusi menjadi teriak-teriak kesurupan. Walaupun yg terakhir kedengaran lebih sensasional dan anti mainstream, tapi gue yakin, pasti gue lebih seneng kalo gue jadi pihak yang menyaksikan fenomena itu dan bukannya malah disaksikan... 

Nah... Ternyata doa gue terkabul. Gue berhasil ngetik tulisan gaje (Gak Jelas) dari tadi dan tiba di garis finish dengan selamat. Sekarang gue harus berdoa lagi supaya koneksi wifi gue bagus supaya gue bisa posting tulisan ini trus lanjut browsing-browsing ga jelas. Kalau dirimu bisa baca tulisan ini berarti doa gue terkabul lagi. Okeh... Sekarang saatnya gue browsing-browsing ga jelas dulu. Nanti kalo nemu sesuatu yang menarik, bakal gue post di sini lagi.
 
Allright see u next time

Komentar

  1. The Best Casino Site | Lucky Club Casino Review
    Read our comprehensive review of The Best Casino site casino site reviews, luckyclub free bonuses, loyalty programs, payment methods and more! ✓Fast payouts.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

April Mop Berdarah

Toko Nyentrik Series